Thursday, April 14, 2011

TUGAS AKHIR

MASYARAKAT KONSUMEN
SEBAGAI CIPTAAN KAPITALISME GLOBAL:
FENOMENA BUDAYA DALAM REALITAS SOSIAL

Abstrak
Kapitalisme global, yang lahir dari proses globalisasi, menciptakan budaya konsumsi dan masyarakat konsumen—yang 
eksistensinya dilihat hanya dengan pembedaan komoditi yang dikonsumsi, dengan terus menerus mengkonsumsi
berbagai tanda dan status sosial di balik komoditi. Kapitalisme global dalam dirinya sendiri mempunyai daya kemajuan
yang bisa mempermudah dan membantu manusia dalam menjalankan aktivitas hidupnya. Namun kemajuan yang sama
bisa membawa dunia dalam perubahan yang semakin sulit untuk dikendalikan oleh manusia. Semangat kemajuan yang
melekat dalam diri kapitalisme global mempunyai kecenderungan untuk membawa dunia dalam situasi yang penuh
dengan ketidakpastian, penuh dengan ketimpangan dan hegemoni. Tulisan ini ingin menelusuri fenomena kapitalisme
global ini, mulai dari hal-hal positif yang dihasilkannya sampai pada dampak-dampaknya bagi perubahan kehidupan
manusia sebagai masyarakat konsumen. 
Globalisasi
Kata globalisasi mempunyai hubungan yang erat dengan
istilah kapitalisme global atau ekonomi pasar bebas,
globalisasi kebudayaan, pascamodernisme dan
pascamodernitas. Istilah-istilah ini mempunyai arti atau
merepresentasikan realitas yang saling berkaitan.
Namun, dalam bagian pertama ini penulis hanya akan
menjelaskan secara lebih mendetail mengenai definisi
dari globalisasi. Hal-hal lain yang berkaitan dengannya
akan dibahas di bagian-bagian lain dari tulisan ini.
Mendefinisikan istilah  ini secara mendasar bukan hal
yang mudah. Hal itu terjadi karena banyaknya bidang
kehidupan yang mengalami proses ini. Bidang-bidang
itu antara lain, kebudayaan, ekonomi-kapitalisme
global, politik, komunikasi multimedia, dan lain
sebagainya. Definisi yang paling sederhana dan singkat
mengenai globalisasi pernah dikemukakan oleh Etienne
Perrot yang memahaminya sebagai hasil penggabungan
atau akumulasi antara internasionalisasi dan
homogenisasi (Perrot dalam  Concilium  2001/5: 17).
Definisi seperti ini sepertinya menjadi jalan keluar dari
perdebatan seputar distingsi antara internasionalisasi,
transnasionalisasi dan globalisasi.
Kata internasionalisasi di sini kiranya dipahami sebagai
proses penyebaran paham-paham global ke seluruh
dunia. Kata ini juga dipahami sebagai masuknya
dimensi global dalam setiap masalah. Artinya, sekarang,
di era globalisasi, satu masalah atau tindakan individu
mempengaruhi orang lain di mana saja. Dengan
demikian, tindakan seorang ibu membeli sayur di
sebuah pasar tradisional di Semarang mempengaruhi
orang lain di mana saja. Hal ini mungkin agak
membingungkan bagi orang awam. Akan tetapi jika kita
cermati secara lebih teliti, nampaknya contoh tersebut
mempunyai suatu kebenaran, terutama jika kita
menganalisanya dari segi perputaran uang dalam era
globalisasi. Sementara homogenisasi adalah proses
penyamaan berbagai bagian kebudayaan di antara
bangsa-bangsa.
Globalisasi juga bisa dipahami dari konsep  time-space
distinction. Pemikiran Anthony Giddens kiranya berada
dalam ranah ini. Kata globalisasi tidak hanya
menyangkut masalah ekonomi tetapi juga menyangkut
informasi dan transportasi (Wibowo dalam Giddens, 
1999: xv). Globalisasi adalah suatu kondisi di mana tak
satupun informasi yang dapat ditutup-tutupi, semua
transparan. Akibatnya, pola hubungan manusia menjadi
semakin luas, bukan saja pribadi dengan pribadi,
melainkan juga semakin terbukanya komunikasi yang
simultan, mengglobal sehingga dunia menjadi—
meminjam istilah Marshall McLuhan—‘desa  besar’
atau global village. 
Hampir semua hal di dunia ini mempunyai dua sisi yang
selalu hadir bersama, yakni sisi negatif dan sisi positif.
Demikian pula dengan globalisasi. Secara positif,
globalisasi telah membantu manusia untuk dapat
berkomunikasi secara lebih cepat dengan jangkauan
yang luas. Berbagai  kemudahan yang ditawarkan oleh
teknologi informasi, komunikasi dan transportasi yang
canggih tidak bisa ada tanpa pengaruh globalisasi.
Demikian pula terhadap perkembangan sains dan
teknologi dewasa ini yang semakin mempermudahsegala pekerjaan manusia
Dalam era teknologi yang serba
canggih ini, berbagai pekerjaan berat, berbahaya dan
rumit yang seharusnya dikerjakan manusia bisa
diwakilkan pada jasa baik mesin-mesin berteknologi
tinggi. 
Kecurigaan terhadap Globalisasi
Berbagai kemudahan yang ditawarkan oleh mesinmesin berteknologi tinggi dan perangkat komunikasi
dan informasi multimedia dalam era globalisasi ternyata
tidak hanya dilihat dari sisi positif. Berbagai kecurigaan
juga muncul beriringan dengan fakta-fakta di atas.
Dengan kemajuan di bidang komunikasi yang
kelihatannya bisa menghapus segala perbedaan dalam
masyarakat dunia, ternyata globalisasi gagal membuat
masyarakat bersatu dalam satu solidaritas yang lebih
besar dari sebelumnya (Sobrino dan Wilfred dalam
Concilium  2001/5: 11-12). Dalam perspektif ini
homogenisasi globalisasi dilihat sebagai ilusi. Dunia
yang disatukan adalah ilusi terbesar globalisasi, karena
yang terjadi khususnya pada manusia adalah
kebalikannya. Alih-alih menciptakan dunia yang satu,
globalisasi malah menciptakan manusia-manusia yang
terfragmentasi (Sobrino dan Wilfred dalam  Concilium
2001/5: 12). Secara fisik, tampaknya dunia semakin
bersatu, homogen dengan payung globalisasi. Akan
tetapi dunia yang homogen itu tidak termasuk
kemanusiaan. Dalam bidang ekonomi, kapitalisme
global yang bernaung di bawah globalisasi telah
memisahkan manusia dalam jurang perbedaan yang
sangat signifikan, antara si miskin dan si kaya atau
antara orang Utara/Barat sebagai pemodal yang kaya
raya dengan orang Selatan/Timur sebagai para buruh
kasar yang miskin. 
Globalisasi dan Pascamodernisme
Pascamodernisme tumbuh subur dalam kerangka
globalisasi. Pascamodernisme sendiri adalah suatu
kecenderungan pemikiran yang menekankan lokalitas
dan keragaman penafsiran dan dengan demikian
menolak segala klaim universalitas pengetahuan dan
kebenaran, menolak segala dogmatisme metode. Intinya
pascamodernisme menolak baik dogmatisme religius
abad pertengahan dan ‘narasi agung’ abad pencerahan
yang berpuncak pada utopia positivisme logis. 
Pascamodernisme merupakan kritik akan pemikiran
Pencerahan (Enlightenment)  yang sangat menekankan
adanya subyek yang sadar diri dan otonom. Seperti yang
kita ketahui pemikiran Pencerahan  sangat yakin bahwa
ilmu pengetahuan dan otak manusia akan mampu
menangkap realitas seperti apa adanya atau yang
sebenarnya. Dengan kata lain meyakini bahwa ilmu
pengetahuan akan bisa menjadi “cermin yang baik.”
Pascamodernisme menolak semua utopia itu. Bagi kaum
pascamodernis yang paling penting adalah
penghormatan akan pluralitas pemikiran dan
multikultural. 
Pluralitas pemikiran dan pluralitas kebudayaan ataupun
lokalitas kebudayaan berhubungan dengan relativisme
pemikiran dan relativisme budaya yang menolak klaim
universalitas pengetahuan dan kebenaran. Relativisme,
yang berakar pada tradisi kaum sofis zaman Yunani
klasik, secara umum ingin menghargai keragaman
budaya dan keragaman pemikiran. Relativisme bisa
berupa  relativisme subjektif yang menyatakan bahwa
kebenaran bersifat relatif terhadap subyek yang
bersangkutan, dan relativisme budaya yang menolak
klaim kebenaran obyektif dan universal dan
memberikan tempat seluas-luasnya bagi budaya-budaya
lokal untuk menyatakan kebenaran versi mereka sendiri.
Untuk yang terakhir ini kebenaran dicari dengan
memperhatikan konteks sosio-budaya suatu wilayah.
Selain dari sisi subyek dan budaya, relativisme juga
menyangkut keragaman paradigma yang menjadi dasar
dari proses mengetahui (Sudarminta, 2002:  55-56).
Globalisasi Kebudayaan
Globalisasi kebudayaan berkembang seiring dengan
perkembangan kapitalisme global dan transparansi
informasi. Sebagai proses homogenisasi dan
internasionalisasi, globalisasi bisa dilihat secara negatif.
Dalam bidang kebudayaan globalisasi dituduh gagal
dalam menciptakan dan mempertahankan
keanekaragaman budaya. Cita-citanya untuk
menghargai perbedaan dan tercapainya keadilan bagi
semua umat manusia ternyata tidak sesuai dengan
realitas yang sedang terjadi, karena justru
kecenderungan globalisasi adalah homogenisasi dan
penyeragaman. Karena itu, keanekaragaman budaya dan
masyarakat hanya tinggal konsep tanpa realitas (Sobrino
dan Wilfred dalam Concilium 2001/5: 12).
Globalisasi tidak hanya mempengaruhi sisi luar
kebudayaan, yakni keanekaragaman budaya, akan tetapi
juga menyangkut hakikatnya, yakni cara pandang kita
tentang kenyataan dan kebenaran. Menurut Jean
Baudrillard, dalam globalisasi kebudayaan kebenaran
dan kenyataan menjadi tidak relevan dan bahkan lenyap.
Contohnya bisa dilihat dalam dunia hiburan di mana
kebudayaan direduksi menjadi sebatas iklan dan
tontonan media massa. Bagi Anthony Giddens,
globalisasi terjadi manakala berbagai tradisi keagamaan
dan relasi kekeluargaan yang tradisional berubah
mengikuti kecenderungan umum globalisasi, yakni
bercampuraduk  dengan berbagai tradisi lain. (Giddens,
2000: 4).  
Proyek  homogenisasi dalam globalisasi tidak bisa
dibatasi pada keidentikan dengan hegemoni budaya
Barat terhadap budaya Timur. Logika globalisasi
memungkinkan munculnya situasi  chaos, over-laping,
kesimpang-siuran mengenai asal budaya. Hak milik
ataupun identitas kelompok bukanlah masalah yang
krusial, karena yang diutamakan adalah bagaimana
identitas itu diangkat menjadi identitas global, milik
masyarakat global.
Globalisasi juga bisa dilihat sebagai suatu tatanan sosial
yang penuh dengan ilusi; menciptakan dunia di mana
manusia senang untuk tinggal di dalamnya. Kapitalisme
pun menjadi kapitalisme global yang mempengaruhi
masyarakat dunia lewat berbagai strategi ekonomi.
Bahkan hal yang sama bisa dimanfaatkan secara luar
biasa untuk mengubah realitas secara radikal.

0 comments:

Thursday, April 7, 2011

TUGAS IBD



Assalamu’alaikum wr wb
 puji syukur penulis panjatkan kehadirat TUHAN YANG MAHA ESA karena berkat rahmatnya penulis bisa melanjutkan untuk menulis paper ilmiah di bulan ke dua atau tugas minggu ke 7, paper ilmiah ini adalah bagian dari tugas mata kuliah Ilmu Budaya Dasar.

Pada paper ilmiah minggu ke 8 ini, saya akan menjelaskan tentang 
tentang keterkaitan lower than angels,hearvest of seasons,dan grain the stone dengan film wall-e
Semoga paper ilmiah ini bermanfaat untuk anda yang membacanya. Terima kasih bila ada salah kata saya mohon maaf sebesar-besarnnya.
Wassalamu’alaikum wr wb



Keterkaitan Ascent Of Man-Lower Than The Angel Dengan Film Wall-E

Dalam film Lower Than The Angels yang membicarakan tentang manusia yang tebih rendah dari malaikat ,Sesungguhnya manusia itu adalah makhluk Tuhan yang paling tinggi derajatnya,sebab pada hakikatnya manusia itu tercipta seperti sebuah binatang layaknya seekor kera.Manusia memiliki imajinasi dan membanyangkan masa depan dan menciptakan mulai dari menggunakan alat yang sederhana seperti Penggunaan Daun jerami untuk Atap rumah , Batu sebagai penghasil Api dan masih banyak lagi. Hingga pada Manusia yang cenderung memanfaatkan teknologi daripada menggunakan alat-alat yang sederhana . karena mereka selalu berfikir zaman era globalisasi ini apabila tidak menggunakan teknologi maka kita akan mencapai kemajuan dan kemerdekaan dengan cepat.
Dan ini merupakan suatu bukti bahwa manusia itu dahulu sangat rajin dalam membangun suatu dunia tanpa terpaku pada penggunaan teknologi dan Robot sebagai alat batu dalam kelangsungan hidupnya.Itu tercipta kareana manusia yang pada dasarnya mempunyai imajinasi yang tidak memunginkan menerimanya akan tetapi cenderung untuk mengubahnya, hal ini merupakan kemampuan yang dibutuhkan oleh dunia sebab apabila manusia sering menggunakan teknologi yang ada malah timbul sifat malas dan berakibat pada baik dan buruknya kehidupan suatu manusia itu sendiri.
Dalam kehidupan saat ini banyak cara yang dapat ditempuh oleh manusia dalam membuat hidupnya menjadi lebih baik. Seperti misalnya dalam Film Lowers Than The Angels disini manusia cenderung menfaatkan kekayaan alam yang ada untuk menembus kekurangan fisik yang dimiliki contoh Pemanfaatan Kulit Beruang untuk dibuat Jaket sebagai pelindung bagi tubuh, ini membuktikan perubahan fisik itu tumbuh didorong oleh perubahan otak dalam berfikir.
Dan sesungguhnya manusia itu dapat menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi dirinya dan orang lain, tetapi seiring kemajuan teknologi manusia cenderung lebih mengandalkan suatu fasilitas yang yang sebenarnya manusia itu sendiri bisa melakukannya,karena apa manusia itu derajatnya lebih tinggi dari makhluk tuhan yang lain misalnya hewan dan tumbuhan. Tumbuhan dan Hewan saja dalam mempertahankan hidupnya masih memerlukan bantuan manusia,itu sebabnya kenapa manusia itu selalu mengangkap dirinya itu tidak bisa padahal kan dalam diri manusia itu sendiri tercipta suatu imajinasi.Tapi kenapa sekarang manusia lebih mengharapkan hal-hal yang sesungguhnya ga mungkin terjadi, misalnya saja ketika manusia itu ingin menjadi kaya ,yg ia perbuat apa mengandalkan Dukun atau melakukan korupsi yang sesungguhnya hal itu tidak diijinkan oleh yang maha kuasa.Kalo manusia itu bisa mngeluarkan imajinasi yang ada dalam dirinya pasti hidup seorang manusia itu akan lebih bermakna baik bagi dirinya dan orang disekitarnya


KESIMPULAN
Manusia mulai mengenal arsitektur bangunan dan patung, hal tersebut membuat manusia mulai berbudaya dan mengenalkan kita kepada hal tersebut. Budaya yang mendorong manusia ingin terus berimajinasi dan mengembangkan struktur-struktur baru. Sejak dari zaman-zaman sebelumnya, mereka sudah mengenal arsitektur-arstektur bangunan. Namun budaya mendorong mereka untuk dapat berimajinasi lebih untuk memciptakan hal-hal baru dalam kehidupa mereka. Mengambil hal-hal yang terpisah dan menempatkan mereka kembali bersama-sama meletakkan dasar selama lebih dari sekedar arsitektur dan kota-kota tetapi juga untuk pemahaman baru tentang alam – yang saat menjadi ilmu pengetahuan. Pada dasarnya evolusi budaya-lah yang membuat manusia menjadi yang sekarang ini dengan proses yang panjang dan perkembangan pemikiran manusia yang ingin berubah lebih baik dari sebelumnya. Dengan memanfaatkan imajinasi mereka yang menyebabkan perkembangan ilmu dan teknologi dalam era sekarang ini.

Keterkaitan Ascent of man-Harvest Of Seasons Dengan Film Wall-E

Manusia sesungguhnya terpaku pada alam,sebab manusia dalam kehidupannya tidak terlepas dari alam dan selalu berhubungan dengan alam,baik berkaitan dengan pekerjaannya dan segala sesuatu yang berkaitan dengan kelangsungan hidupnya. Walaupun pada dasarnya manusia tidak terlepas dari teknologi samahalnya dengan robot yang menggunakan mesin dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya.Dalam film wall-e yang membicarakan tentang robot pembersih sampah, hal ini membuktikan bahwa manusia yang memiliki kemampuan berfikir yang sangat tinggi kini justru terpaku pada mesin dan ha-hal yang berkaitan dengan teknologi akibatnya timbul sifat malas dalam benak setiap manusia.
Pada dasarnya manusia yang hidup dua juta tahun di muka bumi ini hanya bisa menghasilkan sampah dan tidak pernah bisa menghargai alam yang telah diberikan oleh yang maha kuasa sebagai tempat dalam menjalakan kehidupannya sebagai manusia. Seharusnya manusia itu harus bisa mempertahan alam yang telah diberikan dengan baik bukan dengan merusaknya akibat adalah kerugiaan bagi diri manusia itu sendiri seperti bencana alam yang terjadi semua itu berdampak pada kehidupan manusia dalam beraktifitas seperti bekerja,sekolah maupun dalam menjalankan sistem pemerintahan yang secara umum dilaksanakan oleh seluruh lapisan masyarakat.
Manusia terkadang selalu terkait dengan hal pangan yaitu berkaitan dengan asupan gizi, seperti dalam film Harvest of seasons (bagian dua dari “Yakub Bronowski The Ascent of Man”(1973) yaitu membicarakan tentang kebangkitan peradaban dalam dunia sekitar ribuan tahun lamanya yang selalu menopang hidupnya dengan pertanian.Dengan revolusi pertanian Yakub Bronowski belajar untuk mengontrol dunia biologi dengan cara menanam biji-bijian antara lain gandum dan jagung. Seorang Bronowski yang dapat mengontrol dunia biologi ,membuktikan bahwa manusia memiliki kemampuan dalam membangun suatu dunia. Sebab manusia dapat hidup  karena manusia setiap harinya membutuhkan asupan makanan dan karena makanan itu  manusia menjadi lebih baik dalam berfikir dan bertindak demi kemajuan suatu Negara
Keyakinan Wall-e terhadap kehidupan dibumi , terbukti karena penemuan sebuah tanaman kecil yang dalam hal ini menyakinkan Eve bahwa masih terdapat kehidupan di bumi. Dengan adanya hal ini berarti manusia itu dapat berusaha dan yakin pada dirinya bahwa sekecil apapun yang di perbuat untuk bumi ini pasti akan berdampak besar untuk kemajuan suatu Negara dan demi kelangsungan hidupnya di muka bumi. Manusia dalam hidupnya tidak lepas dunia teknologi dan informasi mengapa saya berkata seperti itu sebab pada dasarnya manusia itu ingin suatu pekerjaannya itu dapat terselesaikan dengan tepat waktu dan baik.
Sesungguhnya kehidupan itu berawal dari zaman yang terendah hingga pada zaman globalisasi. Pada zaman Terendah sekitar Abab 80 manusia cenderung menggunakan alat yang sederhana dalam melakukan suatu perjaannya seperti Hewan Badak yang dimanfaatkan untuk membajak sawah dan penggunaan kuda sebagai kendaraan berbeda dengan era Globalisasi dimana manusia cenderung memanfaatkan teknologi dan teknologi informasi untuk membantu penyelesaian suatu pekerjaan, dan juga terlihat pada penggunaan kendaraan mobil dan motor yang secara tidak langsung membuat manusia itu menjadi malas untuk berjalan dan Berolahraga. Ini membuktikan bahwa manusia itu cenderung malas dalam bertindak sehingga dunia ini menjadi tidak berkembangnya dan yang timbul malah kerusakan pada bumi ini seperti timbul bencana-bencana alam dan semua itu merupakan akibat dari perbuatan manusia itu sendiri.


KESIMPULAN
Dengan bercocok tanam manusia dapat menghidupi hidupnya, dengan bercocok tanam manusia dapat tinggal disuatu tempat, membangun rumah yang dapat melindunginya dari kerasnya alam, dan pada akhirnya pengembaraan hidupnya pun dapat berakhir hal-hal tersebut merupakan awal mula peradaban manusia dimana manusia mulai tinggal menetap disuatu daerah.
Ketika manusia menjadi menetap, budaya mengalami perubahan besar. Pertanian dan pengenalan alat-alat menjadi penting sebagai melakukan domestikasi hewan. Masyarakat dan peran laki-laki dan perempuan dipengaruhi oleh pekerjaan sekarang yang diperlukan untuk bertahan hidup. Dengan pembangunan kota kemudian datang ketegangan antara suku-suku. Perang adalah memperkenalkan dan semua itu membawa dampak yang luar biasa.

Keterkaitan Ascent of Man- Grain The stone dengan Film Wall-E

Pada era globalisasi , banyak manusia yang memanfaat teknologi yang ada sebagai penunjang dalam membatu menyelesaikan tugasnya, apalagi penggunaan teknologi komputer yang saat ini terus berkembang seiring dengan perkembangan zaman.Disamping itu keuntungan dari penggunaan komputer dalam kehidupan manusia adalah manusia kini dapat dengan mudah mengirim pesan yakni memanfaatkan teknologi SMS ( Short Message Servis ) atau E-mail, banyak perusaan saat ini menggunakan komputer untuk penunjang kelancaraan dalam melakukan suatu perkerjaan , selain itu banyak pabrik-pabrik yang mengunakan tenaga mesin dibandingkan tenaga manusia sebab meraka berfikir menggunakan mesin itu lebih cepat daripada menggunakan tenaga manusia.
Disisi lain juga terdapat kerugiaan dari perkembangan teknologi saat ini yaitu timbul sifat malas dari manusia untuk berkerja karena hampir semua pekerjaan manusia itu dikerjakan oleh komputer, sehingga timbul ketergantungan terhadap komputer. Disini saya mencoba menganalisa hubungan antar manusia yang tergambar pada film wall-e. Pada film Wall-e terlihat interaksi antara manusia dengan komputer, dalam film wall-e disini bercerita tentang sebuah robot pembersih sampah bernama Wall-e yang hanya tinggal dengan seekor kecoa dibumi.Suatu hari dating robot dari angkasa bernama Eve, robot ini dating ke bumi untuk mncari kehidupan di bumi.Wall-e pun bertemu dengan Eve ,selanjutnya Wall-e menunjukan tanaman kecil ke hadapan Eve, dan tanaman itu merupakan bukti adanya kehidupan di bumi. Tiba-tiba Eve menjadi tidak acuh dan beberapa kemudian eve dijemput dengan sebuah pesawat bernama pesawat Axiom yaitu pesawat yang dibuat manusia pada ratusan tahun yang lalu. Pesawat ini menjadi rumah kedua bagi manusia , sebab bumi kini penuh dengan sampah,di samping itu manusia didalam pesawat sebagian besar memanfaatkan komputer dan dalam berinteraksi mereka menggunakan komputer dan berdampak kurangnya bersosialisasi, dalam aktifitas pun manusia menjadi malas sebab dalam pembersihkan lantai,dan merawat kencantikan pun dilakukan oleh robot.
Manusia pada dasarnya mempunyai kemampuan dalam berfikir yang sangat besar dan apabila manusia itu malas untuk berfikir pasti banyak cara dalam membangun suatu Negara yang maju tanpa memanfaatkan teknologi komputer apalagi robot sebagai pengganti manusia. Dan secara langsung manusia dalam  kehidupannya dapat mengembangkan kemampuannya dengan sangat baik seperti dalam film Grain the Stone yakni membicarakan tentang Arsitektur dan kebangkitan kota. dalam film ini Dalam film grain the stone ini membicarakan tentang peradaban manusia yang dalam waktu yang memenuhi kota selanjutnya membangun kota tersebut. Manusia itu adalah orang-orang yunani yang mempunyai beban dalam mempertahankan kota sampai ketika seribu tahun kemudian muncul sebuah lengkungan Gothic yang merupakan hasil terakhir dari arsitektur sampai tahun 1800-an dengan bangunan yang terbuat dari kerangka baja, penggunaan kerangka baja ini terpaku pada alam dan kemampuan manusia bukan pada teknologi yang ada pada saat itu.
kita manusia pada jaman prasejarah juga berusaha membangun rumah dengan kayu dan batubata mungkin ini terlihat seperti perubahan kecil yang dilakukan manusia dalam membangun suatu kehidupan dibumi namun kenyataannya sangat besar.sehingga membuktikan bahwa kemampuan manusia dalam berfikir dan memanfatkan alam dengan sangat baik sehingga terlihat bahwa manusia itu memiliki kemampuan melebihi kemampuan sebuah robot. Sesungguhnya sebuah kota itu terdiri dari orang-orang yang berkerja sama dan terdapat pemimpin yang bertugas mengawasi segala tingkah laku manusia dalam mengembangkan sebuah kota.secara umum setiap manusia memiliki tugas yang berbeda-beda misalnya saja seorang laki-laki yang bertugas menjadi kepala rumah tangga dan harus berkerja seumur hidup dalam upaya menafkahi keluarganya .Berbeda dengan seorang Perempuan yang khelak akan menjadi seorang Ibu rumah tangga yang bertugas dalam mengontrol segala sesuatu yang berkaitan dengan kehidupan keluarganya.Adapun contoh lain misalnya Rantai Komando pada film grain the stone yang menungkinkan sebuah kota atau orang untuk bertindak sebagai pemimpin dalam mencapai hal-hal untuk kebaikan yang lebih besar seperti  control oleh air irigasi. Disini  dapat suatu kesimpulan bahwa bahwa manusia itu lebih mengandalkan sebuah teknologi dibandingkan dengan kemampuan yang ada dalam dirinya,dan seharusnya manusia itu lebih mengasah kemampuan ada pada dirinya dan jangan pernah terpaku pada kemajuan teknologi yang ada.


KESIMPULAN
Manusia pada hakekatnya sama saja dengan mahluk hidup lainnya, yaitu memiliki hasrat dan tujuan. Ia berjuang untuk meraih tujuannya dengan didukung oleh pengetahuan dan kesadaran. Perbedaan diantara keduanya terletak pada dimensi pengetahuan, kesadaran dan keunggulan yang dimiliki manusia dibanding dengan mahluk lain.
Manusia sebagai salah satu mahluk yang hidup di muka bumi merupakan mahluk yang memiliki karakter paling unik. Manusia secara fisik tidak begitu berbeda dengan binatang, sehingga para pemikir menyamakan dengan binatang. Letak perbedaan yang paling utama antara manusia dengan makhluk lainnya adalah dalam kemampuannya melahirkan kebudayaan. Kebudayaan hanya manusia saja yang memlikinya, sedangkan binatang hanya memiliki kebiasaan-kebiasaan yang bersifat instinctif.

sekian dari tugas paper saya dalam minggu ke8 ini,, semoga dapat bermanfaat bagi anda yang membacanya dan kita pun bisa mengambil ilmu yang terdapat dalam crita ini, terima kasih akhir kata saya ucapkan
Wassalamu’alaikum wr wb

sumber :

0 comments: